Posted on 00.18

Ayah




Di sebuah sudut ruangan, terdengar suara denting piano yang sepertinya dimainkan oleh seorang yang ahli. Alunan nadanya mengingatkan  sebuah lagu tentang perjuangan seorang ayah. “ribuan kilo.. jarak yang kau tempuh” suara piano terus mengalun hingga berganti ke nada yang memainkan sebuah lagu dari Ada Band “Teringat masa kecilku.. kau peluk dan kau manja. Indahnya saat itu..kau membuatku melambung disisimu..”  tepuk tangan riuh penonton menggema ketika suara piano tersebut berhenti, sang pianis bangkit dari duduknya lalu menuju ke sebuah meja tempat para penonton untuk menemui seseorang.
“Ayah!” panggil sang pianis lalu memeluk lelaki tua itu.
“Ya, anakku,” ujar lelaki tua sambil menepuk-nepuk punggung sang pianis.
Sang pianis menarik diri dari pelukan sang ayah, lalu kembali ke atas panggung. Menuju tempat mikrofon berdiri.
“Tes.. tes 1 2 3..Mohon perhatiannya.  Hari ini, tanggal 22 Desember 2011 adalah hari Ibu. Tapi sejak saya kecil saya sama sekali tidak mengenal sosok Ibu walaupun saya yakin pasti mempunyai sosok tersebut karena kalau tidak, mana mungkin saya bisa terlahir ke dunia ini,” tamu tamu yang hadir tertawa terharu mendengar ucapan sang pianis.
 “Hari ini adalah hari yang spesial untuk lelaki tampan di pojok sana karena beliau berulang tahun yang ke 56 pada hari ini. Saya mohon kepada para tamu untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada beliau dengan cara tepuk tangan yang meriah” para tamu pun lantas memberikan standing ovation.
“Saya bisa berdiri disini, menjadi seorang pianis adalah suatu karya dari seorang ayah saya. Ayah membuat saya tak merasa kehilangan sosok seorang Ibu. Ayah, meskipun beliau seorang laki-laki tapi dia mampu menjadi Ibu sekaligus dalam hati saya. Beliau sandaran hati saya selama ini. Dari tangan beliaulah saya menjadi seorang pianis yang dapat menghibur anda semua pada malam hari ini. Saya akan membacakan sebuah puisi sebagai kado ulang tahun beliau”
Bila hujan, engkau seperti pelangi
Pesona warna-warni pelangi tak mampu mengalahkan ceria wajahmu
Bila terang, engkau seperti mentari
Bila gelap, engkau tetap seperti mentari
Bintang butuh matahari untuk membuatnya bersinar
Engkaulah sang mentari itu
Dan akulah sang bintang itu
Aku ingin bersinar didepanmu
Puisi indah itu telah usai dibacakan dengan sempurna. Sosok lelaki tua itu tak kuasa menahan air mata. Ia menangis karena terharu, ia tak menyangka anak lelaki kecilnya yang dulu sangat pendiam, bocah kecilnya yang pemalu, lugu, polos, tidak tahu akan keadaan keluarganya yang broken home, tapi kini di depan ratusan penonton bocah kecil yang sekarang menjadi pemuda yang tampan serta berkarisma itu berhasil menampilkan sebuah pertunjukkan yang memukau. Membaca puisi khusus untuknya dengan iringan piano yang dimainkan sang anak khusus pula untuknya, semuanya dilakukan si anak untuk memperingati hari jadinya yang ke 56.

Read More

Ayah




Di sebuah sudut ruangan, terdengar suara denting piano yang sepertinya dimainkan oleh seorang yang ahli. Alunan nadanya mengingatkan  sebuah lagu tentang perjuangan seorang ayah. “ribuan kilo.. jarak yang kau tempuh” suara piano terus mengalun hingga berganti ke nada yang memainkan sebuah lagu dari Ada Band “Teringat masa kecilku.. kau peluk dan kau manja. Indahnya saat itu..kau membuatku melambung disisimu..”  tepuk tangan riuh penonton menggema ketika suara piano tersebut berhenti, sang pianis bangkit dari duduknya lalu menuju ke sebuah meja tempat para penonton untuk menemui seseorang.
“Ayah!” panggil sang pianis lalu memeluk lelaki tua itu.
“Ya, anakku,” ujar lelaki tua sambil menepuk-nepuk punggung sang pianis.
Sang pianis menarik diri dari pelukan sang ayah, lalu kembali ke atas panggung. Menuju tempat mikrofon berdiri.
“Tes.. tes 1 2 3..Mohon perhatiannya.  Hari ini, tanggal 22 Desember 2011 adalah hari Ibu. Tapi sejak saya kecil saya sama sekali tidak mengenal sosok Ibu walaupun saya yakin pasti mempunyai sosok tersebut karena kalau tidak, mana mungkin saya bisa terlahir ke dunia ini,” tamu tamu yang hadir tertawa terharu mendengar ucapan sang pianis.
 “Hari ini adalah hari yang spesial untuk lelaki tampan di pojok sana karena beliau berulang tahun yang ke 56 pada hari ini. Saya mohon kepada para tamu untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada beliau dengan cara tepuk tangan yang meriah” para tamu pun lantas memberikan standing ovation.
“Saya bisa berdiri disini, menjadi seorang pianis adalah suatu karya dari seorang ayah saya. Ayah membuat saya tak merasa kehilangan sosok seorang Ibu. Ayah, meskipun beliau seorang laki-laki tapi dia mampu menjadi Ibu sekaligus dalam hati saya. Beliau sandaran hati saya selama ini. Dari tangan beliaulah saya menjadi seorang pianis yang dapat menghibur anda semua pada malam hari ini. Saya akan membacakan sebuah puisi sebagai kado ulang tahun beliau”
Bila hujan, engkau seperti pelangi
Pesona warna-warni pelangi tak mampu mengalahkan ceria wajahmu
Bila terang, engkau seperti mentari
Bila gelap, engkau tetap seperti mentari
Bintang butuh matahari untuk membuatnya bersinar
Engkaulah sang mentari itu
Dan akulah sang bintang itu
Aku ingin bersinar didepanmu
Puisi indah itu telah usai dibacakan dengan sempurna. Sosok lelaki tua itu tak kuasa menahan air mata. Ia menangis karena terharu, ia tak menyangka anak lelaki kecilnya yang dulu sangat pendiam, bocah kecilnya yang pemalu, lugu, polos, tidak tahu akan keadaan keluarganya yang broken home, tapi kini di depan ratusan penonton bocah kecil yang sekarang menjadi pemuda yang tampan serta berkarisma itu berhasil menampilkan sebuah pertunjukkan yang memukau. Membaca puisi khusus untuknya dengan iringan piano yang dimainkan sang anak khusus pula untuknya, semuanya dilakukan si anak untuk memperingati hari jadinya yang ke 56.