Posted on 00.22

Real...ly


“Oca..” Mas Oky berlari sambil memanggil-manggil namaku.

Otomatis aku menoleh ke belakang.
“Eh mas Oky, ada apa mas?”
“Nanti ada latihan kamu datang ya?”
“Hm.. oke bos!”
Ada angin apa ya pagi ini? Sampai-sampai orang yang biasanya cuek dan sok cool seperti mas Oky menyapaku. Tanpa kusadari dari tadi ada orang disampingku yang sepertinya memperhatikan percakapanku dengan mas Oky.
“Ehem..ehem diam-diam pacaran sama kakak kelas nih ye?” ledek Ari yang teman sekelasku.
“Apaan sih Ri..” jawabku menyanggah.
***
Teet...Tetot..Tet...
Bel tanda pelajaran pagi telah usai. Aku bersiap-siap menuju ke Masjid untuk mengerjakan salat Dhuhur berjamaah.
“Ca, nanti ada OSN gak?” tanya Lina temen sebangkuku.
Aku menjawab dengan anggukan.
“Emang ada pengajarnya?” goda si Lina sambil menaikkan sebelah alis matanya.
“Ya ada lah. Jangan ngeremehin gitu ah,” ujarku sambil berlalu meninggalkannya.
“Ah.. paling-paling juga absen lagi pengajarnya. Terus kamu pulang atau nggak gabung ke OSN Astronomi” rupanya Lina jalan mensejajari langkahku.
“Ye.. sotoy banget sih mbak. Udah ah turun yuk!” ajakku.
***
Hari ini menjadi hari yang lumayan berat bagiku. Bukan hanya karena pelajaran hari ini yang susah-susah tapi juga bawaannya yang berkilo-kilo. Ah lebay. Sore nanti ada TC alias training center Karate. Maklumlah mendekati masa ujian kenaikan sabuk jadi wajib mengikutinya. Agar benar-benar menguasai materi ujian, begitu kata Senpaiku. Aku ikut ekskul karate semenjak masuk disekolah ini, kelas X tepatnya. Sampai sekarang aku masih heran, kenapa aku bisa memilih ekskul ini padahal faktanya aku payah sekali di bidang olahraga. Dasar nekat.
Buat orang awam karate dianggap olahraga yang berbahaya. “Nggak ah takut badan bonyok semua, dipukuli. Serem.” Aku mengulum senyuman mendengar pendapat mereka tentang ekskul satu itu. Dalam hati aku bilang jangan lihat dari segi negatifnya aja tapi lihat juga dong segi positifnya. Segi positifnya karate, menurutku adalah aku yang seorang perempuan jadi nggak was was diganggu orang jahat kalau lagi jalan sendirian. Itu berlaku kalau lawannya 1 loh ya? Kalau lawannya dua atau lebih ya nggak tau lagi deh. Satu lagi, sambil menyelam minum air. Maksudnya, selain berlatih serius apa salahnya kalau kita menjalin hubungan baik dengan sesama karateka. Selain menambah jumlah teman, jumlah gebetan juga bisa nambah loh, ups! Kaya aku gini nih, yang diam-diam naksir sama seseorang. Akibat dari perasaan yang terpendam ini, muncullah satu dua tiga jerawat di mukaku yang dulu mulus ini. Arrrgggh!
Jam di tangan menunjukkan pukul 2 siang. Bel masuk tanda dimulainya kegiatan belajar di siang hari berbunyi. Siswa-siswa SMA Fatahillah berhamburan menuju kelompok kelas jam siang masing-masing. Ada yang masuk ke kelompok Tartil yang kelasnya ada di lantai atas. Yang termasuk kedalam kelompok Bahasa Inggris segera memasuki ruangan kelas yang ada di lantai bawah. Sementara siswa yang mengikuti bimbingan OSN segera memasuki ruang Lab sesuai mata pelajarannya OSNnya. Tak terkecuali aku. Aku, Sita, Ari, dan Rahman berjalan menuju Lab Fisika. Beberapa menit menunggu, pembimbing OSN tak kunjung datang. Terdengar pengumuman dari sentral.
“Assalamu’alailum Warahmatullahi Wa Barakatuh. Pengumuman kepada siswa-siswi SMA Fatahillah yang mengikuti OSN Fisika, dikarenakan guru pembimbing berhalangan hadir maka OSN Fisika ditiadakan. Terima kasih.”
Ealah gak onok maneh OSN e,” ujar mas Rey, kakak kelas yang juga ikut OSN Fisika.
“Yaudah Ca, gabung ke OSN Astronomi yuk!” kali ini Sita yang mengambil inisiatif.
Aku pikir ada baiknya aku gabung ke Astronomi. Biar waktu dua jam menunggu TC nggak terbuang sia-sia.
“Okedeh Sit. Terus kalian berdua gimana?” tanyaku pada Ari dan Rahman.
“Ya pulaaaaang dong,” jawab mereka serempak.
“Dasar mulehan,” sahut Sita.
Aku dan Sita berjalan menyusuri koridor sekolah dan menuju ke kelas OSN Astronomi. Dan...
“Assalamu’alaikum,” sapaku dan Sita ketika masuk ke kelas.
“Maaf Bu, kita boleh gabung disini? OSN Fisika lagi libur soalnya bu?” tanya Sita pada Bu Olin yang menjadi pengajar OSN Astronomi.
Disaat yang bersamaan jantungku berdegup kencang. Olala, there is my boy that I love. Unbeliaveble, i meet him here. Dialah orang yang menyebabkan jerawat dimukaku bertambah banyak. Laki-laki itupun sama kagetnya denganku. Aku nggak nyangka selain jago di bidang karate dia ternyata juga great di bidang akademik. Dengan jantung yang berdebar-debar aku duduk berseberangan dengannya. Karena memang itu kursi yang tersisa. Sementara Sita duduk disampingku. Tiba-tiba pas lagi jalan kakiku di jegal oleh si dia. Oh Astagfirullah, aslinya mau marah eh ternyata bibir manyunku berubah menjadi sebuah senyuman waktu dia bilang,
“Ntar latihan karate loh ya?” saking terpesonanya lidahku sampai kelu. Lagi-lagi bukan kata yang keluar tapi malah sebuah senyuman. Grogi sih mau jawab apa. Awal awal pelajaran aku masih gugup satu kelas dengannya, tapi segera aku menata hati dan memfokuskan diri pada pelajaran. Tak bisa dipungkiri diam-diam aku memperhatikan penampilannya. Tas ransel biru laut di belakang punggungnya sangat kontras dengan tubuhnya yang putih bersih dan  kutilang. Aku menyukainya bukan karena fisiknya saja yang oke punya. Karisma. Ya dia punya karisma yang membuat dia disegani oleh teman-temannya bahkan guru. Senyumnya begitu menawan. Diam-diam dalam hati aku menyanyikan reff lagu Mahadewi. Sumpah I love you I need you I miss you..aku tak bisa musnahkan kamu dari otakku.
***
Hari demi hari berlalu.
Read More

Real...ly


“Oca..” Mas Oky berlari sambil memanggil-manggil namaku.

Otomatis aku menoleh ke belakang.
“Eh mas Oky, ada apa mas?”
“Nanti ada latihan kamu datang ya?”
“Hm.. oke bos!”
Ada angin apa ya pagi ini? Sampai-sampai orang yang biasanya cuek dan sok cool seperti mas Oky menyapaku. Tanpa kusadari dari tadi ada orang disampingku yang sepertinya memperhatikan percakapanku dengan mas Oky.
“Ehem..ehem diam-diam pacaran sama kakak kelas nih ye?” ledek Ari yang teman sekelasku.
“Apaan sih Ri..” jawabku menyanggah.
***
Teet...Tetot..Tet...
Bel tanda pelajaran pagi telah usai. Aku bersiap-siap menuju ke Masjid untuk mengerjakan salat Dhuhur berjamaah.
“Ca, nanti ada OSN gak?” tanya Lina temen sebangkuku.
Aku menjawab dengan anggukan.
“Emang ada pengajarnya?” goda si Lina sambil menaikkan sebelah alis matanya.
“Ya ada lah. Jangan ngeremehin gitu ah,” ujarku sambil berlalu meninggalkannya.
“Ah.. paling-paling juga absen lagi pengajarnya. Terus kamu pulang atau nggak gabung ke OSN Astronomi” rupanya Lina jalan mensejajari langkahku.
“Ye.. sotoy banget sih mbak. Udah ah turun yuk!” ajakku.
***
Hari ini menjadi hari yang lumayan berat bagiku. Bukan hanya karena pelajaran hari ini yang susah-susah tapi juga bawaannya yang berkilo-kilo. Ah lebay. Sore nanti ada TC alias training center Karate. Maklumlah mendekati masa ujian kenaikan sabuk jadi wajib mengikutinya. Agar benar-benar menguasai materi ujian, begitu kata Senpaiku. Aku ikut ekskul karate semenjak masuk disekolah ini, kelas X tepatnya. Sampai sekarang aku masih heran, kenapa aku bisa memilih ekskul ini padahal faktanya aku payah sekali di bidang olahraga. Dasar nekat.
Buat orang awam karate dianggap olahraga yang berbahaya. “Nggak ah takut badan bonyok semua, dipukuli. Serem.” Aku mengulum senyuman mendengar pendapat mereka tentang ekskul satu itu. Dalam hati aku bilang jangan lihat dari segi negatifnya aja tapi lihat juga dong segi positifnya. Segi positifnya karate, menurutku adalah aku yang seorang perempuan jadi nggak was was diganggu orang jahat kalau lagi jalan sendirian. Itu berlaku kalau lawannya 1 loh ya? Kalau lawannya dua atau lebih ya nggak tau lagi deh. Satu lagi, sambil menyelam minum air. Maksudnya, selain berlatih serius apa salahnya kalau kita menjalin hubungan baik dengan sesama karateka. Selain menambah jumlah teman, jumlah gebetan juga bisa nambah loh, ups! Kaya aku gini nih, yang diam-diam naksir sama seseorang. Akibat dari perasaan yang terpendam ini, muncullah satu dua tiga jerawat di mukaku yang dulu mulus ini. Arrrgggh!
Jam di tangan menunjukkan pukul 2 siang. Bel masuk tanda dimulainya kegiatan belajar di siang hari berbunyi. Siswa-siswa SMA Fatahillah berhamburan menuju kelompok kelas jam siang masing-masing. Ada yang masuk ke kelompok Tartil yang kelasnya ada di lantai atas. Yang termasuk kedalam kelompok Bahasa Inggris segera memasuki ruangan kelas yang ada di lantai bawah. Sementara siswa yang mengikuti bimbingan OSN segera memasuki ruang Lab sesuai mata pelajarannya OSNnya. Tak terkecuali aku. Aku, Sita, Ari, dan Rahman berjalan menuju Lab Fisika. Beberapa menit menunggu, pembimbing OSN tak kunjung datang. Terdengar pengumuman dari sentral.
“Assalamu’alailum Warahmatullahi Wa Barakatuh. Pengumuman kepada siswa-siswi SMA Fatahillah yang mengikuti OSN Fisika, dikarenakan guru pembimbing berhalangan hadir maka OSN Fisika ditiadakan. Terima kasih.”
Ealah gak onok maneh OSN e,” ujar mas Rey, kakak kelas yang juga ikut OSN Fisika.
“Yaudah Ca, gabung ke OSN Astronomi yuk!” kali ini Sita yang mengambil inisiatif.
Aku pikir ada baiknya aku gabung ke Astronomi. Biar waktu dua jam menunggu TC nggak terbuang sia-sia.
“Okedeh Sit. Terus kalian berdua gimana?” tanyaku pada Ari dan Rahman.
“Ya pulaaaaang dong,” jawab mereka serempak.
“Dasar mulehan,” sahut Sita.
Aku dan Sita berjalan menyusuri koridor sekolah dan menuju ke kelas OSN Astronomi. Dan...
“Assalamu’alaikum,” sapaku dan Sita ketika masuk ke kelas.
“Maaf Bu, kita boleh gabung disini? OSN Fisika lagi libur soalnya bu?” tanya Sita pada Bu Olin yang menjadi pengajar OSN Astronomi.
Disaat yang bersamaan jantungku berdegup kencang. Olala, there is my boy that I love. Unbeliaveble, i meet him here. Dialah orang yang menyebabkan jerawat dimukaku bertambah banyak. Laki-laki itupun sama kagetnya denganku. Aku nggak nyangka selain jago di bidang karate dia ternyata juga great di bidang akademik. Dengan jantung yang berdebar-debar aku duduk berseberangan dengannya. Karena memang itu kursi yang tersisa. Sementara Sita duduk disampingku. Tiba-tiba pas lagi jalan kakiku di jegal oleh si dia. Oh Astagfirullah, aslinya mau marah eh ternyata bibir manyunku berubah menjadi sebuah senyuman waktu dia bilang,
“Ntar latihan karate loh ya?” saking terpesonanya lidahku sampai kelu. Lagi-lagi bukan kata yang keluar tapi malah sebuah senyuman. Grogi sih mau jawab apa. Awal awal pelajaran aku masih gugup satu kelas dengannya, tapi segera aku menata hati dan memfokuskan diri pada pelajaran. Tak bisa dipungkiri diam-diam aku memperhatikan penampilannya. Tas ransel biru laut di belakang punggungnya sangat kontras dengan tubuhnya yang putih bersih dan  kutilang. Aku menyukainya bukan karena fisiknya saja yang oke punya. Karisma. Ya dia punya karisma yang membuat dia disegani oleh teman-temannya bahkan guru. Senyumnya begitu menawan. Diam-diam dalam hati aku menyanyikan reff lagu Mahadewi. Sumpah I love you I need you I miss you..aku tak bisa musnahkan kamu dari otakku.
***
Hari demi hari berlalu.