“Oca..” Mas Oky berlari sambil
memanggil-manggil namaku.
Otomatis aku menoleh ke
belakang.
“Eh mas Oky, ada apa mas?”
“Nanti ada latihan kamu datang
ya?”
“Hm.. oke bos!”
Ada angin apa ya pagi ini? Sampai-sampai orang
yang biasanya cuek dan sok cool seperti mas Oky menyapaku. Tanpa kusadari dari
tadi ada orang disampingku yang sepertinya memperhatikan percakapanku dengan
mas Oky.
“Ehem..ehem diam-diam pacaran
sama kakak kelas nih ye?” ledek Ari yang teman sekelasku.
“Apaan sih Ri..” jawabku
menyanggah.
***
Teet...Tetot..Tet...
Bel tanda pelajaran pagi telah
usai. Aku bersiap-siap menuju ke Masjid untuk mengerjakan salat Dhuhur
berjamaah.
“Ca, nanti ada OSN gak?” tanya
Lina temen sebangkuku.
Aku menjawab dengan anggukan.
“Emang ada pengajarnya?” goda
si Lina sambil menaikkan sebelah alis matanya.
“Ya ada lah. Jangan ngeremehin
gitu ah,” ujarku sambil berlalu meninggalkannya.
“Ah.. paling-paling juga absen
lagi pengajarnya. Terus kamu pulang atau nggak gabung ke OSN Astronomi” rupanya
Lina jalan mensejajari langkahku.
“Ye.. sotoy banget sih mbak.
Udah ah turun yuk!” ajakku.
***
Hari ini menjadi hari yang
lumayan berat bagiku. Bukan hanya karena pelajaran hari ini yang susah-susah
tapi juga bawaannya yang berkilo-kilo. Ah lebay. Sore nanti ada TC alias
training center Karate. Maklumlah mendekati masa ujian kenaikan sabuk jadi wajib
mengikutinya. Agar benar-benar menguasai materi ujian, begitu kata Senpaiku.
Aku ikut ekskul karate semenjak masuk disekolah ini, kelas X tepatnya. Sampai
sekarang aku masih heran, kenapa aku bisa memilih ekskul ini padahal faktanya
aku payah sekali di bidang olahraga. Dasar nekat.
Buat orang awam karate dianggap
olahraga yang berbahaya. “Nggak ah takut badan bonyok semua, dipukuli. Serem.”
Aku mengulum senyuman mendengar pendapat mereka tentang ekskul satu itu. Dalam
hati aku bilang jangan lihat dari segi negatifnya aja tapi lihat juga dong
segi positifnya. Segi positifnya karate, menurutku adalah aku yang seorang
perempuan jadi nggak was was diganggu orang jahat kalau lagi jalan sendirian.
Itu berlaku kalau lawannya 1 loh ya? Kalau lawannya dua atau lebih ya nggak tau
lagi deh. Satu lagi, sambil menyelam minum air. Maksudnya, selain
berlatih serius apa salahnya kalau kita menjalin hubungan baik dengan sesama
karateka. Selain menambah jumlah teman, jumlah gebetan juga bisa nambah loh,
ups! Kaya aku gini nih, yang diam-diam naksir sama seseorang. Akibat dari
perasaan yang terpendam ini, muncullah satu dua tiga jerawat di mukaku yang
dulu mulus ini. Arrrgggh!
Jam di tangan menunjukkan pukul
2 siang. Bel masuk tanda dimulainya kegiatan belajar di siang hari berbunyi.
Siswa-siswa SMA Fatahillah berhamburan menuju kelompok kelas jam siang
masing-masing. Ada yang masuk ke kelompok Tartil yang kelasnya ada di lantai
atas. Yang termasuk kedalam kelompok Bahasa Inggris segera memasuki ruangan
kelas yang ada di lantai bawah. Sementara siswa yang mengikuti bimbingan OSN
segera memasuki ruang Lab sesuai mata pelajarannya OSNnya. Tak terkecuali aku.
Aku, Sita, Ari, dan Rahman berjalan menuju Lab Fisika. Beberapa menit menunggu,
pembimbing OSN tak kunjung datang. Terdengar pengumuman dari sentral.
“Assalamu’alailum
Warahmatullahi Wa Barakatuh. Pengumuman kepada siswa-siswi SMA Fatahillah yang
mengikuti OSN Fisika, dikarenakan guru pembimbing berhalangan hadir maka OSN
Fisika ditiadakan. Terima kasih.”
“Ealah gak onok maneh OSN e,”
ujar mas Rey, kakak kelas yang juga ikut OSN Fisika.
“Yaudah Ca, gabung ke OSN
Astronomi yuk!” kali ini Sita yang mengambil inisiatif.
Aku pikir ada baiknya aku
gabung ke Astronomi. Biar waktu dua jam menunggu TC nggak terbuang sia-sia.
“Okedeh Sit. Terus kalian
berdua gimana?” tanyaku pada Ari dan Rahman.
“Ya pulaaaaang dong,” jawab
mereka serempak.
“Dasar mulehan,” sahut
Sita.
Aku dan Sita berjalan menyusuri
koridor sekolah dan menuju ke kelas OSN Astronomi. Dan...
“Assalamu’alaikum,” sapaku dan
Sita ketika masuk ke kelas.
“Maaf Bu, kita boleh gabung
disini? OSN Fisika lagi libur soalnya bu?” tanya Sita pada Bu Olin yang menjadi
pengajar OSN Astronomi.
Disaat yang bersamaan jantungku
berdegup kencang. Olala, there is my boy that I love. Unbeliaveble, i meet
him here. Dialah orang yang menyebabkan jerawat dimukaku bertambah banyak.
Laki-laki itupun sama kagetnya denganku. Aku nggak nyangka selain jago di
bidang karate dia ternyata juga great di bidang akademik. Dengan jantung
yang berdebar-debar aku duduk berseberangan dengannya. Karena memang itu kursi
yang tersisa. Sementara Sita duduk disampingku. Tiba-tiba pas lagi jalan kakiku
di jegal oleh si dia. Oh Astagfirullah, aslinya mau marah eh ternyata bibir
manyunku berubah menjadi sebuah senyuman waktu dia bilang,
“Ntar latihan karate loh ya?”
saking terpesonanya lidahku sampai kelu. Lagi-lagi bukan kata yang keluar tapi
malah sebuah senyuman. Grogi sih mau jawab apa. Awal awal pelajaran aku masih
gugup satu kelas dengannya, tapi segera aku menata hati dan memfokuskan diri
pada pelajaran. Tak bisa dipungkiri diam-diam aku memperhatikan penampilannya.
Tas ransel biru laut di belakang punggungnya sangat kontras dengan tubuhnya
yang putih bersih dan kutilang. Aku
menyukainya bukan karena fisiknya saja yang oke punya. Karisma. Ya dia punya
karisma yang membuat dia disegani oleh teman-temannya bahkan guru. Senyumnya
begitu menawan. Diam-diam dalam hati aku menyanyikan reff lagu Mahadewi. Sumpah
I love you I need you I miss you..aku tak bisa musnahkan kamu dari otakku.
***
Hari demi hari berlalu.